Beranda | Artikel
Kembali Merindukan Ramadhan
Selasa, 13 Desember 2016

Bismillah.

Setiap muslim tentu mendambakan ketenangan dan kesejukan beribadah. Bulan Ramadhan adalah bulan dimana kaum muslimin di segala penjuru bumi kembali menjalani ibadah puasa yang sangat agung. Selain itu banyak amal salih yang seolah bersemi dan bertebaran di bulan yang mulia itu. Ramadhan akan menyisakan kelezatan di dalam hati insan beriman.

Nikmat yang agung ini seolah sudah dilupakan oleh banyak orang. Nikmat hidayah dan amal salih. Nikmat beribadah kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan dalam keadaan beriman dan mengharapkan pahala niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bulan Ramadhan bukan hanya bulan untuk puasa. Bahkan bulan Ramadhan adalah bulan dimana sholat tarawih dan tilawah kembali menghiasi masjid-masjid kaum muslimin. Setelah pada bulan-bulan sebelumnya banyak orang sudah lupa terhadap ayat-ayat Allah dan tenggelam dalam kelalaian. Di bulan itulah manusia seolah kembali tersadar tentang nikmatnya dzikir dan beribadah kepada Rabbnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya seperti perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhari)

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Dzikir bagi hati laksana air bagi seekor ikan. Maka bagaimanakah keadaan ikan ketika memisahkan dirinya dari air?” Demikianlah kondisi hati manusia ketika jauh dari dzikir dan ketaatan kepada Rabbnya. Tidak pernah puas dengan tumpukan harta dan kesenangan-kesenangan yang semu belaka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas niscaya dia akan mencari lembah emas yang ketiga, dan tidak mengenyangkan rongga perut anak Adam kecuali tanah (kuburan), dan Allah akan berikan taubat kepada siapa saja yang mau bertaubat.” (HR. Bukhari)

Tentu saja umat Islam tidak hanya hidup di bulan Ramadhan. Umat Islam hidup dari hari ke hari selama dua belas bulan selama setahun. Di setiap harinya mereka berjuang mengumpulkan bekalnya untuk menghadap Allah. Bekal itu adalah ketakwaan. Ketakwaan yang selalu diingatkan kepada kita bahwa itulah yang menjadi target dan tujuan dari ibadah puasa.

Bekal yang seolah telah luntur dari ingatan sebagian manusia. Sebab mereka lebih paham tentang perkara-perkara yang tampak dari kehidupan dunia sementara terhadap akhirat mereka melalaikannya. Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu ini adalah kumpulan perjalanan hari. Setiap hari berlalu maka hilanglah sebagian dari dirimu.”

Pada bulan Ramadhan itulah banyak orang kembali teringat akan makna dan hakikat firman Allah (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56). Lalu dimanakah ayat ini pada bulan-bulan yang lain?! Bukankah sholat, membaca al-Qur’an, berdzikir, bersedekah, berbakti kepada kedua orang tua, dsb adalah ibadah-ibadah yang juga bisa dilakukan pada bulan-bulan yang lain? Benarkah kita termotivasi beramal di bulan Ramadhan karena kemuliaan bulan itu, ataukah justru itu menjadi bukti bahwa pada bulan-bulan yang lainnya kita tenggelam dan hanyut dalam kelalaian?!

Ya, benar Ramadhan masih beberapa bulan lagi. Akan tetapi satu hal yang pasti bahwa kita tidak mengetahui kapankah malaikat maut datang untuk mencabut nyawa kita ini… 


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/kembali-merindukan-ramadhan/